Remaja-remaja, kebrutalannya sudah membuat pusing banyak pihak.
Tingkat kebrutalan remaja Indonesia sudah mencapai tingkat kriminalitas yang
tinggi, siapa coba yang bertanggung jawab ??
Dalam era globalisasi, masalah remaja dengan
tindakan negatifnya perlu mendapat perhatian yang khusus dari pelbagai pihak
terutama orang tua dan guru-guru selaku pembimbing mereka, pengarah dan
sekaligus panutan mereka. Remaja
merupakan generasi penerus perjuangan bangsa, bila mereka telah rusak, maka
akan segera rusaklah masa depan negara dan agama kita.
Di sisi lain, remaja dengan gejolak darah
mudanya berusaha mencari jati diri dari oran-orang yang menjadi idolanya tanpa
mempertimbangkan siapakah gerangan idola tersebut, bagaimana kehidupannya dan
latar belakangnya. Asal sesuai
dengan perasaan, maka itulah yang diikuti dan ditiru.
Sebagaimana telah kita ketahui dari media
massa, koran, televisi atau radio, bahwa tindakakn kriminalitas itu semakin
brutal, mulai dari perkelahian massal, pengrusakan sarana pemerintahan,
pemerkosaan bahkan sampai pada pembunuhan yang mana pelakunya itu adalah
kalangan remaja. Melihat kondisi
tersebut, ada satu pertanyaan yang akan saya ajukan, Bagaimanakah dengan
putra-putri anda ? Apakah putra-putri anda termasuk dari kalangan remaja diatas
? Satu hal yang dapat menjadi jawaban atas semuanya adalah "Kita harus
Waspadaa ..!!!!" boleh saja di rumah ia menjadi anak yang baik, tapi
apakah ada jaminan di luar sana anak anda akan tetap berkelakuan baik ??
Di pondok pesantren misalnya, suatu tempat yang suci dan tempat
berkumpulnya orang-orang sholeh, saya perhatikan banyak santri yang berasal
dari kalangan remaja yang kesehariannya berkelakuan tidak wajar. Belum bisa
apa-apa sudah mencoba ini dan itu, rokok pun menjadi teman setia mereka, ada
yang suka teruhan, bahkan sempat ada salah seorang santri yang mencoba meminum
minuman yang dilarang. Ketika saya bertanya kepada mereka, apakah mereka
melakukan hal yang sama ketika di rumah ?? Jawabannya sama semua, 'TIDAK'. Ini
membuktikan bahwa tempat bukan jaminan untuk mencetak pribadi individu.
Salah siapa ? Ini bukan kesalahan pondok pesantren, kita semua
tentu sudah tahu bahwa pondok pesantren mengajarkan ajaran-ajaran yang benar
dan tidak menyimpang dari agama. Kembali lagi ke individu dan lembaga
pendidikan pokok yang bersangkutan (Keluarga).. Kurangnya pengawasan dan kasih
sayang dari keluarga menjadi penyebab utama merosotnya akhlak remaja-remaja
masa kini sehingga dengan mudahnya mereka terbawa arus negatif dari sekitarnya.
Untuk menanggulangi masalah kebrutalan/kenakalan remaja tersebut,
pemerintah bersama aparat kepolisian, cendikiawan, alim ulama dan kaum agamis
telah mencoba berbagai cara untuk menangani hal tersebut, namun bak layaknya
pepatah "hilang satu tumbuh seribu"..
Perlu kita ketahui bahwa tidak ada yang mampu merubah kondisi
remaja melainkan dirinya sendiri. Allah berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka." (QS. Ar-Ra'd : 11).
Namun, tidaklah cukup jika hanya merubah dengan sendiri saja tetapi haruslah
ada bimbingan orang tua atau guru yang dapat menyiapkan diri menjadi sang idola
sesungguhnya, menjadi idaman hati sanubari remaja sebagai insan yang dapat
diikuti dan menjadi harapan nusa, bangsa, negara, dan agama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar