Sepercik Cahaya Keindahan Islam
-Gaya Hidup-
Al-Ustadz Arifin Baderi
Syari’at Al Qur’an bukan hanya mengatur kehidupan dan berbagai hal
yang di luar diri kita, bahkan syari’at Al Qur’an juga mengatur segala
hal yang berkaitan dengan diri kita, dimulai dari makanan, penampilan,
perilaku, dan lain-lain. Ini semua bertujuan agar umat Islam menjadi
insan dan mahluk yang paling bermutu dibanding dengan insan dan mahluk
lainnya. Sebagai contohnya, marilah kita renungkan bersama ayat-ayat
Al Qur’an yang berkaitan dengan diri manusia.
Al Qur’an telah mengingatkan dan mengikrarkan bahwa manusia telah
mendapatkan karunia dari Allah Ta’ala, berupa dijadikannya mereka
sebagai mahluk yang paling mulia dibanding mahluk lainnya. Oleh
karena itu sudah sepantasnyalah bila mereka menjaga keutuhan
martabat ini, Allah Ta’ala berfirman,
Bila perbedaan perangai antara manusia dapat kita rasakan dengan perbedaan jenis makanan yang mereka konsumsi, padahal makanan tersebut sama-sama halal, maka tidak heran bila tabiat dan perangai manusia akan berubah menjadi buruk bila makanan yang ia makan adalah makanan yang tidak baik, atau haram. Oleh karena itu syari’at al Qur’an mengharamkan atas umatnya segala makanan yang buruk,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ
عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Isra’: 70)
Diantara wujud dimuliakannya umat manusia dalam syari’at Al Qur’an
ialah dilimpahkannya kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan
halal, agar dengan rezeki yang baik dan halal tersebut mereka dapat
menjaga kemurniaan martabat mereka. Sebab makanan dan pakaian
–sebagaimana diketahui bersama- memiliki pengaruh yang amat besar
terhadap watak, tabiat dan perilaku manusia. Maka dari itu, tidak
asing bila kita dapatkan orang yang banyak memakan daging onta lebih
cepat marah dan berperilaku kasar, dari pada orang yang memakan
daging kambing sayuran, dan orang yang lebih banyak memakan garam
lebih mudah marah dibanding dengan lainnya dan demikianlah
seterusnya. Ini diantara pelajaran yang dapat dipetik dari sabda
Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
السكينة في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر
“Sesungguhnya ketenangan itu ada pada para pemelihara kambing,
sedangkan kecongkakan dan kesombongan ada pada pemilik onta.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Para pemilik onta lebih sering memakan daging onta dan lebih sering
berperi laku kasar, karena demikianlah keadaan yang meliputi
kehidupan onta, beda halnya dengan para pemilik kambing.
Bila perbedaan perangai antara manusia dapat kita rasakan dengan perbedaan jenis makanan yang mereka konsumsi, padahal makanan tersebut sama-sama halal, maka tidak heran bila tabiat dan perangai manusia akan berubah menjadi buruk bila makanan yang ia makan adalah makanan yang tidak baik, atau haram. Oleh karena itu syari’at al Qur’an mengharamkan atas umatnya segala makanan yang buruk,
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk.” (QS. Al A’araf: 157)
Syari’at Al Qur’an juga mengatur umatnya agar tidak bersikap
berlebih-lebihan dalam hidupnya, baik dalam hal makanan atau minuman
pakaian atau lainnya. Allah Ta’a berfirman,
وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al An’am: 141)
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda,
كلوا واشربوا وتصدقوا غير مخيلة ولا سرف فإن الله عز وجل يحب أن يرى
أثر نعمته على عباده
“Makanlah, minumlah, dan bersedekahlah engkau tanpa ada kesombongan
dan tanpa berlebih-lebihan, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
menyukai untuk melihat tanda-tanda kenikmatan-Nya pada
hamba-hamba-Nya.” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan lain-lain dan dishohihkan
oleh Al Albani)
Dan pada hadits lain, Nabi صلی الله عليه وسلم
lebih jelas lagi menjabarkan bagaimana seyogyanya seorang muslim
makan dan minum,
بحسب ابن آدم أكلات يقمن صلبه فان كان لا محالة فثلث لطعامه وثلث
لشرابه وثلث لنفسه
“Cukuplah bagi seorang anak adam beberapa suap makanan yang dapat
menegakkan tulang punggungnya, dan bila harus (menambah) maka
sepertiga (perutnya) untuk makanan, dan sepertiga lainnya untuk
minumnya dan sepertiga lainnya untuk nafasnya.” (HR. At Tirmizi, An
Nasa’i dll dan dishahihkan oleh Al Albani)
Walaupun demikian, syari’at Al Qur’an sama sekali tidak melarang
umatnya untuk memakan makanan yang enak, memakai pakaian yang bagus,
dan menggunakan wewangian yang harum. Oleh karenanya tatkala
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
ditanya tentang orang yang suka mengenakan pakaian dan sendal yang
bagus, beliau menjawab:
إن الله جميل يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sesungguhnya Allah itu Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim)
Ini tentu menyelisihi sebagian orang yang beranggapan bahwa orang
yang multazim atau salafy atau taat beragama tidak pantas untuk
berpenampilan rapi, perlente, senantiasa rapi dan berpakaian bagus.
Bahkan syari’at Al Qur’an melarang umatnya untuk berpenampilan
acak-acakan, berantakan dan tidak menarik bak syetan,
أنه قال أتانا النبي صلى الله عليه و سلم فرأى رجلا ثائرعن جابر بن
عبد الله الرأس، فقال: أما يجد هذا ما يسكن به شعره؟
“Dari sahabat jabir bin Abdillah rodhiallahu ‘anhuصلی
الله عليه وسلم
datang kepada kami, kemudian beliau melihat seseorang yang rambutnya
kacau-balau (tidak rapi), sepontan beliau bersabda, Apakah orang ini
tidak memiliki minyak yang dapat ia pergunakan untuk merapikan
rambutnya?” (HR. An Nasa’i dan dishahihkan oleh Al Albani)
Oleh karena itu tidak benar bila ada anggapan bahwa seorang muslim
yang taat beragama senantiasa tidak rapi atau tidak layak untuk
berpenampilan rapi, harum, berpakaian bagus dan menawan. Oleh karena
itu sahabat Abdullah bin Abbas berkata,
كل ما شئت والبس واشرب ما شئت ما أخطأتك اثنتان سرف أو مخيلة.. رواه
البخاري وعبد الرزاق وابن أبي شيبة والبيهقي
“Makanlah sesukamu, berpakaian dan minumlah sesukamu, selama engkau
terhindar dari dua hal: berlebih-lebihan dan keangkuhan.” (HR. Al
Bukhari, Abdurrazzaq, Ibnu Abi Syaibah dan Al Baihaqi)